BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Teori-teori
sosial bukan lagi merupakan suatu istilah asing bagi masyarakat. Dan setiap
pembangunan masyarakat pasti para sosiolog menggunakan teori-teori sosial
seorang sosiolog yang sudah terkenal. Dalam makalah ini saya akan memberikan
gambaran-gambaran tentang teori David McClelland yang merupakan sosiolog yang
terkenal pada masa modernisasi.
Dalam
teori McClelland yang paling terkenal adalah konsep Virus N-Ach yang terdapat
pada tiga jenis kebutuhan motivasi yang terdapat pada bukunya yang berjudul The
Achieving Society yang diidentifikasikan pada tahun 1961. David C. McClelland
juga menulis tentang sebuah artikel
berjudul ‘Dorongan Hati Menuju Modernisasi’ dimana merupakan salah satu inti
dari buku yang populer dengan judul “The Achieving Society”.Dalam buku tersebut
telah memberikan manfaat sangat besar terhadap orang-orang yang telah membaca
buku karyanya tersebut. Orang yang sudah membaca buku tersebut akan merasa
termotivasi dalam menyelesaikan masalah hidupnya.
David
McClelland memelopori motivasi kerja berpikir, mengembangkan pencapaian
berbasis teori dan model motivasi, dan perbaikan dipromosikan dalam metode
penilaian karyawan, mendukung penilaian berbasis kompetensi dan tes, dengan
alasan mereka untuk menjadi lebih baik dari IQ tradisional dan kepribadian
berbasis tes. Ide-idenya telah sejak diadopsi secara luas di banyak organisasi,
dan berhubungan erat dengan teori Frederick Herzberg. Selain itu teori
McClelland juga memberikan kelanjutan tentang teori Max Weber. Jadi teori
McClelland mempunyai keterkaitan dan dalam makalah saya ini akan memberikan
sebuah penjelasan tentang keterkaitan tersebut.
Selain
itu konsep Virus N-Ach ini juga mendapatkan respons baik pagi umat islam serta
konsep tersebut juga dapat menyelamatkan bangsa Indonesia dari keterpurukan
jika virus tersebut bisa menyebar di seluruh komponen masyarakat Indonesia.
B. RUMUSAN MAKALAH
Adapun
rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana biografi dari David McClelland?
2.
Apa saja teori motivasi kebutuhan dari
David McClelland?
3.
Bagaimana kritik terhadap teori
berdasarkan pengamatan McClelland?
C. TUJUAN
Tujuan
pembuatan makalah dan yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1.
Mengerti biografi dan biodata dari David
McClelland.
2.
Memahami teori motivasi kebutuhan yang
berasal dari teori David McClelland.
3.
Mampu memahami apa saja kelemahan yang ada
pada teori McClelland.
BAB II
PEMBAHASAN
A. BIOGRAFI DAVID MC CLELLAND
David
C. McClelland (20 Mei 1917 – 27 Maret 1998) adalah seorang ahli teori
psikologis Amerika. Ia lahir di kota Mt. Vernon negara Amerika. Dan beliau
mendapatkan penghargaan sebagai sarjana seni dari Wesleyan University di tahun
1938 dan mendapatkan gelar MA dari University of Missouri. Serta ia mencapai
gelar Doktor di bidang psikologi di Yale pada tahun 1941 dan menjadi profesor
di Wesleyan University. Kemudian ia mengajar dan kuliah. Dimana dengan
rekan-rekan selama dua puluh tahun ia belajar tentang motivasi dan kebutuhan
berprestasi.
Pada
tahun berikutnya beliau menerima gelar Ph.D dari Universitas Yale dan mengajar
di Connecticut College dan Wesleyan University sebelum bergabung dengan
fakultas di Universitas Harvard pada tahun 1956, dan ia sudah bekerja selama 30
tahun dan menjabat sebagai ketua Departemen Hubungan Sosial. Pada tahun 1961,
Guru besar psikologi di Harvard University bernama David C. McClelland menulis
tentang sebuah artikel berjudul ‘Dorongan Hati Menuju Modernisasi’ dimana
merupakan salah satu inti dari buku yang populer dengan judul “The
AchievingSociety”. Tulisan tersebut merupakan salah satu dari beberapa
pemikiran para sarjana Amerika dalam menghadapi tantangan terbesar di awal abad
ke 19 yakni ‘Depresi’ ekonomi pada dekade 1920-1930an. Artikel yang ditulis
David C. McClelland tersebut juga bertujuan sebagai panduan sebuah negara menuju
modernisasi.
Dia
mulai konsultasi McBer di tahun 1963, membantu industri menilai dan melatih
staf, dan kemudian ia pindah ke Boston University pada tahun 1987 untuk
mengajar di Boston University sejak tahun 1987 hingga kematiannya. David
McClaland ini terkenal akan karyanya tentang motivasi berprestasi, namun
kepentingan penelitian diperpanjang dengan kepribadian dan kesadaran. David
McClelland memelopori motivasi kerja berpikir, mengembangkan pencapaian
berbasis teori dan model motivasi, dan perbaikan dipromosikan dalam metode
penilaian karyawan, mendukung penilaian berbasis kompetensi dan tes, dengan
alasan mereka untuk menjadi lebih baik dari IQ tradisional dan kepribadian
berbasis tes. Ide-idenya telah diadopsi secara luas di banyak organisasi, dan berhubungan
erat dengan teori Frederick Herzberg.
David
McClaland telah menerbitkan beberapa karyanya selama kariernya yaitu : Pertama,
Motif Prestasi (1953); Kedua,The Achieving Society (1961); Ketiga, Akar
Kesadaran (1964); Keempat, Menuju Sebuah Teori Motivasi Akuisisi (1965);
Kelima, Power Pengalaman Batin (1975). Selain itu yang membuat David McClelland
dapat terkenal adalah karena penjelasannya terhadap tiga jenis kebutuhan
motivasi yang terdapat pada bukunya yang berjudul The Achieving Society yang diidentifikasikan
pada tahun 1961.
B. TEORI MOTIVASI KEBUTUHAN MC CLELLAND
Dalam
dunia psikologi ada sebuah teori kebutuhan yang memotivasi seseorang untuk
melakukan sesuatu. Teori tersebut dikembangkan oleh David McClelland sehingga
sering disebut sebagai teori motivasi McClelland. McClelland (dalam Satiadarma,
2000) mengajukan teori motivasi yang didasari oleh pemenuhan kebutuhan (Seed achievement
theory) di mana salah satu komponennya adalah kepribadian individu.
McClelland
(dalam Walgito, 2010) mengemukakan bahwa motif sosial merupakan motif yang
kompleks dan merupakan sumber dari banyak perilaku atau perbuatan manusia.
Motif sosial merupakan hal yang penting untuk mendapatkan gambaran tentang
perilaku individu dan kelompok David McClelland (dalam Robbins, 2001) dalam
teorinya McClelland’s Achievment Motivation Theory atau teori motivasi prestasi
McClelland mengemukakan bahwa individu mempunyai cadangan energi potensial,
bagaimana energi ini dilepaskan dan dikembangkan tergantung pada kekuatan atau
dorongan motivasi individu dan situasi serta peluang yang tersedia. Teori ini
memfokuskan pada tiga kebutuhan yaitu kebutuhan akan prestasi (achiefment),
kebutuhan kekuasaan (power), dan kebutuhan afiliasi.
Masing-masing
individu memiliki kebutuhan sendiri-sendiri sesuai dengan karakter serta pola
pikir. Dalam implementasinya, seseorang yang cenderung memiliki salah satu
kebutuhan yang tinggi pada ketiga kebutuhan di atas akan lebih cocok pada satu
posisi tertentu dalam sebuah pekerjaan. Sebagai contoh, seseorang yang memiliki
need of power (nPow) tinggi cenderung lebih cocok ditempatkan sebagai pemimpin
sedangkan seseorang yang cenderung memiliki need of affiliation yang tinggi
lebih suka dengan suasana kerja tim yang memiliki banyak interaksi antar
individu. Seseorang yang mampu memahami kebutuhan motivasinya akan dapat
menentukan karier maupun pekerjaan yang cocok sesuai dengan karakternya.
McClelland
(dalam Munandar, 2001) menemukan bahwa individu dengan dorongan prestasi yang
tinggi berbeda dari individu lain dalam keinginan kuat untuk melakukan hal-hal
dengan lebih baik. Individu dengan motivasi berprestasi yang tinggi mencari
kesempatan-kesempatan dimana individu tersebut memiliki tanggung jawab pribadi
dalam menemukan jawaban-jawaban terhadap masalah-masalah. Individu tersebut
lebih menyukai pekerjaan-pekerjaan dimana terdapat tanggung jawab pribadi, akan
memperoleh balikan, dan tugas pekerjaan memiliki risiko yang sedang (moderate).
Individu yang memiliki kebutuhan berprestasi yang tinggi bukan pemain judi
(gambler), tidak suka berhasil secara kebetulan. Tujuan-tujuan yang ditetapkan
merupakan tujuan yang tidak terlalu sulit dicapai dan juga bukan tujuan yang
terlalu mudah dicapai. Tujuan yang harus dicapai merupakan tujuan dengan
derajat kesulitan menengah (moderate).
Lebih
lanjut McClelland menyatakan
karakteristik individu dengan motivasi berprestasi yang tinggi menurut
McClelland sebagai berikut:
1.
Keinginan menjadi yang terbaik;
2.
Menyukai pekerjaan dengan tanggung jawab
pribadi;
3.
Membutuhkan umpan balik setelah melakukan
suatu pekerjaan;
4.
Resiko pemilihan tugas moderat;
5.
Kreatif-inovatif dalam melakukan suatu
tugas atau pekerjaan.
Menurut
McClelland individu memilih cadangan energi potensial, pelepasan dan
pengembangan cadangan energi potensial bergantung pada kekuatan atau dorongan
motivasi individu, situasi, dan peluang yang tersedia. Teori McClelland fokus
pada tiga kebutuhan yaitu,
a. Kebutuhan Akan Prestasi (need for
achievement)
Dalam
Schultz dan Schultz (2008) dijelaskan bahwa teori kebutuhan akan prestasi milik McClelland adalah perluasan dari teori
need of achievement milik Murray yang menggunakan ThematicApperception Test
(TAT). Kebutuhan akan prestasi adalah dorongan untuk mengatasi hambatan,
mengungguli, dan berprestasi, dan bertindak lebih untuk mencapai standar yang
tinggi. Pada hierarki kebutuhan Maslow, kebutuhan akan prestasi berada di
antara kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan prestasi berada di antara
kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri.
Ada
beberapa karakteristik dari individu yang memiliki motivasi kebutuhan akan
prestasi yang dijabarkan oleh McClelland (1987), yakni sebagai berikut :
1. Menyukai
tugas yang memiliki taraf kesulitan sedang
Individu
yang memiliki kebutuhan akan prestasi lebih menyukai tugas dengan taraf
kesulitan sedang karena beberapa alasan. Pertama, tugas degan taraf kesulitan
yang rendah tidak dapat membuat dirinya tampil lebih baik dibandingkan dengan
individu lain karena semua individu dianggap dapat mengerjakan tugas dengan
taraf kesulitan rendah tersebut. Maka dari itu, tugas dengan taraf kesulitan
rendah tidak dapat memuaskan kebutuhan akan prestasi yang ada pada dirinya.
Namun, mereka juga tidak menyukai tugas dengan taraf kesulitan terlalu tinggi
karena hal tersebut dapat menghambat mereka dalam mencapai keberhasilan
sehingga kemungkinan gagal lebih besar.
2. Bertanggung
jawab secara personal atas performa kerja
Individu
yang memiliki kebutuhan akan prestasi yang tinggi cenderung memilih untuk
bertanggung jawab secara pribadi dalam pekerjaan mereka. Hal ini disebabkan
oleh kepuasan yang dapat individu peroleh setelah selesai melakukan sesuatu
yang lebih baik. Individu yang memiliki kebutuhan akan prestasi yang tinggi
tersebut juga mempunyai kecenderungan untuk menyelesaikan pekerjaan yang
diberikan kepadanya hingga selesai dan selalu terpikirkan tugas yang belum
terselesaikan. Individu lebih berfokus pada prestasi pribadi mereka tanpa memedulikan
pengaruhnya bagi anggota kelompok mereka.
3. Menyukai
umpan balik (feedback)
Individu
dengan kebutuhan akan prestasi yang tinggi menyukai jika performa mereka
dibandingkan dengan orang laon. Individu dengan kebutuhan prestasi yang tinggi
juga menyukai umpan balik atas performa atau pekerjaan mereka untuk menilai
hasil kerja keras mereka.
4. Inovatif
Individu
yang memiliki kebutuhan akan prestasi yang tinggi juga selalu berusaha untuk
inovatif, menemukan cara yang baru lebih baik dan efisien dalam menyelesaikan
tugas. Mereka menghindari segala sesuatu yang monoton dan berhubungan dengan
rutinitas. ketika orang yang memiliki kebutuhan yang tinggi akan prestasi
meraih kesuksesan, mereka akan terus meningkatkan level aspirasi mereka dengan
cara yang realistis, jadi mereka dapat bergerak menuju tugas yang lebih sulit
dan menantang.
5. Ketahanan
(persistence)
Individu
yang memiliki kebutuhan yang tinggi akan prestasi memiliki ketahanan kerja yang
lebih tinggi dalam mengerjakan tugas. Ketika menghadapi kegagalan individu
dengan kebutuhan prestasi yang tinggi cenderung akan bertahan. Hal ini didorong
dengan kepercayaan bahwa mereka dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan tepat
dan baik serta mampu mengerjakan pekerjaan yang serupa dengan hasil yang lebih
baik di masa depan. Namun, ketahanan ini tetap tergantung pada kemungkinan mereka
untuk meraih sukses.
Dalam
Tinherniyani (tanpa tahun) menyatakan ada 3 ciri umum orang yang memiliki
kebutuhan akan prestasi tinggi menurut McClelland, yaitu :
a.
Memiliki kecondongan untuk mengerjakan
tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat
b.
Menyukai pekerjaan yang hasil pekerjaannya
muncul dari upaya-upaya mereka sendiri dan bukan dari faktor lain seperti keberuntungan.
c.
Menginginkan umpan balik terkait
keberhasilan dan kegagalan mereka dibandingkan dengan individu yang memiliki
kebutuhan akan prestasi yang rendah.
Menurut
McClelland, Atikson, Clark, dan Coveil (dalam Schultz dan Schultz, 2008)
penelitian McClelland bersama asosiasinya meminta sekelompok mahasiswa
laki-laki untuk menuliskan cerita singkat dari
gambar Thematic Apperception Test TAT. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa cerita yang dibuat oleh mahasiswa yang memiliki kebutuhan
akan prestasi yang tinggi berisikan cerita tentang kondisi
pencapaian-pencapaian yang tinggi berisi banyak rujukan yang bisa digunakan
untuk mencapai standar yang memuaskan, keinginan untuk mendapatkan, dan bertindak dengan baik. Contoh dari
penjelasan di atas adalah pada gambar seorang laki-laki dengan buku terbuka di
atas meja yang berada di depannya. Partisipan penelitian yang memiliki
kebutuhan akan prestasi tinggi akan membuat cerita singkat terkait dengan
bekerja keras, sesuatu yang luar biasa, dan melakukan sesuatu yang hebat. Sedangkan
cerita yang dibuat oleh mahasiswa dengan kebutuhan akan prestasi yang rendah berhubungan
dengan melamun, berpikir, dan mengingat kejadian masa lalu. Analisis yang
berikutnya mengonfirmasi valliditas dari TAT sebagai cara untuk mengukur kebutuhan
akan prestasi. Selanjutnya, menurut McClelland dan Piedmont (dalam Schultz dan
Schultz, 2008) mayoritas dari pemilik kebutuhan akan prestasi yang tinggi
adalah kalangan menengah hingga atas. Pemuda yang memiliki kebutuhan akan
prestasi yang tinggi kemungkinan lebih besar untuk hadir di kampus, mendapatkan
nilai yang lebih tinggi, dan tergabung dalam komunitas dan kegiatan kampus.
Selain itu, pemuda yang memiliki kebutuhan akan prestasi yang tinggi besar
kemungkinan melakukan kecurangan (menyontek) saat ujian di beberapa situasi,
memiliki interaksi yang lebih baik dengan orang lain, dan memiliki kesehatan
fisik yang lebih baik.
Individu
dengan kebutuhan akan prestasi yang tinggi tidak selalu tampil lebih baik.
Individu dengan kebutuhan akan prestasi yang tinggi hanya akan tampil dengan
lebih baik ketika mereka ditantang untuk unggul. McClelland, Koestner, dan
Weinberg (dalam Schultz dan Schultz, 2008) mengatakan bahwa berdasarkan
penemuan tersebut McClelland membuat prediksi bahwa Individu dengan kebutuhan
akan prestasi yang tinggi akan mencari kehidupan dan karier yang memungkinkan
mereka untuk memuaskan kebutuhannya. Individu dengan kebutuhan akan prestasi
yang tinggi akan membuat standar pribadi dan bekerja keras untuk mendapatkan
hal tersebut.
Reuman,
Alwin, dan Verrof (dalam Schultz dan Schultz, 2008) mengatakan bahwa individu
dengan kebutuhan akan prestasi yang tinggi cenderung lebih sering memiliki
pekerjaan berstatus tinggi. Hal ini dikarenakan Individu dengan kebutuhan akan
prestasi yang tinggi bekerja lebih keras dan memiliki ekspektasi untuk sukses.
Individu dengan kebutuhan akan prestasi yang tinggi lebih memilih pekerjaan
yang memiliki tanggung jawab pribadi yang kesuksesannya bergantung pada
usahanya, bukan yang bergantung pada usaha orang lain atau faktor di luar
kendali mereka.
Dalam
Schultz dan Schultz (2008) dijelaskan bahwa faktor budaya dapat mempengaruhi
kebutuhan akan prestasi seseorang. Penelitian perbandingan lintas budaya pada
372 siswa dan mahasiswa (laki-laki dan perempuan) yang tinggal di Hongkong.
Sebagian dari partisipan penelitian ini berasal dari Inggris dan sebagian yang
lain adalah asli China. Siswa yang berasal dari Inggris fokus pada prestasi
individu dalam situasi yang kompetitif. Siswa yang merupakan orang China asli
lebih berfokus pada kebutuhan akan afiliasi dibandingkan dengan kebutuhan akan
prestasi pribadi.
Kebutuhan
akan prestasi juga dipengaruhi oleh pola pengasuhan orang tua. Sebuah
penelitian menunjukkan bahwa perilaku orang tua cenderung lebih menampakkan
atau membuat kebutuhan akan prestasi pada anak laki-laki. Penelitian lain
membuktikan bahwa tekanan dari orang tua yang diberikan pada dua tahun pertama
kehidupan anak mengarah pada tingkat yang lebih tinggi pada kebutuhan akan
prestasi pada masa dewasa. McClelland dan Franz (dalam Schultz dan Schultz,
2008) menyatakan bahwa McClelland membuat kesimpulan dari penelitian tersebut.
Kesimpulan tersebut adalah perilaku orang tua pada dua tahun pertama kehidupan
anak adalah masa yang penting untuk pembentukan tingkatan yang tinggi pada
kebutuhan akan prestasi pada masa dewasa.
Selain
dipengaruhi oleh budaya dan pola asuh orang tua, tingkat kebutuhan akan
prestasi individu dipengaruhi pada masa kanak-kanak. Dalam Schultz dan Schultz
(2008) menyatakan bahwa ada kemungkinan bahwa hal itu dapat ditingkatkan atau
ditekan, menguat atau justru melemah, dengan harapan pengasuh di tempat penitipan
anak atau guru di sekolah.
Faktor
lainnya adalah gender. Penelitian terhadap anak-anak dan remaja menunjukkan
bahwa sebagian anak perempuan dan wanita muda yang beranjak dewasa mengalami
konflik antara kebutuhan untuk melakukan yang terbaik dan mendapatkan peringkat
terbaik dengan kebutuhan untuk tampil
feminin, empati, dan peduli. Para partisipan penelitian takut untuk mendapatkan
peringkat yang terlalu tinggi akan membuat diri mereka menjadi tidak populer,
khususnya dengan laki-laki.
1.
mengkhawatirkan perasaan orang lain yang
terluka karena kemenangan
2.
khawatir dianggap pamer apabila
mengekspresikan kebanggaan atas prestasi
3.
khawatir bereaksi negatif terhadap situasi
yang tidak berhasil
4.
memperhatikan penampilan fisik dan standar
kecantikan
5.
khawatir dianggap terlalu agresif di dalam
kelas
Elliot,
Church, dan Sheldon (dalam Schultz dan Schultz, 2008) menyatakan bahwa
penelitian menganjurkan bahwa untuk memuaskan kebutuhan akan prestasi dengan
berjuang untuk sukses daripada menghindari
kegagalan adalah suatu yang sangat penting untuk kesejahteraan seseorang. Puca
dan Schmalt (dalam Schultz dan Schultz, 2008)
menyatakan bahwa sebuah penelitian pada 93 mahasiswa universitas Jerman
ditemukan bahwa mahasiswa yang termotivasi untuk sukses tampil jauh lebih baik
dan pantang menyerah dalam tugas terkait dibandingkan dengan mahasiswa dengan
motivasi untuk menghindari kegagalan.
Zubriggen
dan Sturman (dalam Schultz dan Schultz, 2008) menyatakan bahwa penelitian lain
menunjukkan bahwa mengingat peristiwa pada masa sebelumnya dikaitkan dengan
keragaman emosi positf termasuk terkejut, kebahagiaan, dan kegembiraan.
Parron
dan Harackiwieez (dalam Schultz dan Schultz, 2008) menyatakan bahwa penelitian
menganjurkan dua tipe tujuan dalam motivasi berprestasi, yaitu mastery dan
performance atau dua cara dalam memuaskan kebutuhan akan prestasi. Mastery
meliputi mengembangkan kompetensi melalui perolehan pengetahuan dan kemampuan
untuk memuaskan diri sendiri. Tujuan performance melibatkan memperoleh kompetensi
dengan tujuan untuk tampil lebih baik dibandingkan dengan orang lain.
b. Kebutuhan akan Kekuasaan (need for
power)
Kebutuhan
ini didasari oleh keinginan seseorang untuk mengatur atau memimpin orang lain.
Orang-orang N-POW adalah mereka yang senang jika mempunyai kekuasaan atas
segala sesuatu, yang dikejarnya adalah kuasa atas segala sesuatu. McClelland
menyatakan bahwa kebutuhan akan kekuasaan sangat berhubungan dengan kebutuhan
untuk mencapai suatu posisi kepemimpinan.
Mereka
yang memiliki kebutuhan kekuasaan (need for power/n-Pow) dapat menjadi orang
yang memiliki dua tipe, personal dan institusional. Mereka yang butuh kekuasaan
personal menginginkan orang lain secara langsung, dan kebutuhan ini sering
diterima sebagai hal yang tidak diingini. Seseorang yang membutuhkan kekuasaan
lembaga mau mengorganisir usaha orang lain untuk tujuan lebih lanjut dari
organisasi. Manajer dengan kebutuhan kekuasaan lembaga yang tinggi cenderung
lebih efektif dibandingkan dengan mereka yang membutuhkan kekuasaan personel
tinggi.
Contoh
dari kekuasaan pribadi adalah seorang pemimpin perusahaan yang mencari posisi
lebih tinggi agar bisa mengatur orang lain mengarahkan ke mana perusahaan akan
bergerak. Sedangkan kekuasaan sosial adalah kekuasaan yang misalnya dimiliki
oleh pemimpin seperti Nelson Mandela, yang memiliki kekuasaan dan menggunakan
kekuasaannya tersebut untuk kepentingan sosial, seperti misalnya perdamaian.
c. Kebutuhan akan afilasi (need for
affiliation)
Kebutuhan
akan afiliasi merefleksikan keinginan untuk berinteraksi secara sosial dengan
orang. Dalam arti lain, kebutuhan afiliasi adalah kebutuhan untuk mendapatkan
hubungan sosial yang baik dalam lingkungan kerja. Seorang dengan kebutuhan
afiliasi yang tinggi menempatkan kualitas dari hubungan pribadi sebagai hal
yang paling penting. Oleh karena itu, hubungan sosial lebih didahulukan
daripada penyelesaian tugas. Seseorang dengan kebutuhan kekuasaan yang tinggi,
di lain pihak, memfokuskan diri dengan mempengaruhi orang lain dan memenangkan
argumentasi. Menurut, Mcclelland, kekuasaan memiliki dua orientasi. Kekuasaan
dapat menjadi negatif apabila seseorang hanya berfokus pada dominasi dan
kepatuhan. Kekuasaan dapat menjadi positif dikarenakan seseorang dapat
mencerminkan perilaku persuasif dan inspirasional.( Ivancevich,
Konopaske&Matteson, 2007)
Tema
utama dari teori Mcclelland yaitu bahwa kebutuhan dipelajari melalui
penyesuaian dengan lingkungan seseorang, maka perilaku yang sering muncul akan
mendapatkan penghargaan. Dengan kata lain, suatu kebutuhan afiliasi atau
kekuasaan yang tinggi dapat telusuri melalui penerimaan penghargaan atas
perilaku sosial, dominan dan inspirasional. Sebagai akibat proses pembelajaran,
individu mengembangkan konsep yang unik dari kebutuhan yang mempengaruhi
perilaku dan kinerja.( Ivancevich, Konopaske&Matteson, 2007).
Kebutuhan
ini merupakan salah satu teori yang mendapatkan perhatian paling sedikit dari
para peneliti. Individu dengan motif hubungan yang tinggi berjuang untuk
persahabatan, lebih menyukai situasi-situasi kooperatif daripada situasi yang
kompetitif, dan menginginkan hubungan mengikutsertakan pengertian hubungan
timbal balik yang tinggi. (Robbins&Judge, 2008)
Mereka
yang memiliki kebutuhan affiliasi (need for affiliation/n-Aff) tinggi
membutuhkan hubungan kemanusiaan dengan orang lain dan membutuhkan rasa
diterima dari orang lain. Mereka cenderung memperkuat norma-norma dalam
kelompok kerja mereka. Orang dengan n.Aff tinggi cenderung bekerja pada tempat
yang memungkinkan interaksi personal. Mereka bekerja dengan baik pada layanan customer
dan situasi interaksi dengan pelanggan.
McClelland
mengatakan bahwa kebanyakan orang memiliki kombinasi karakteristik tersebut,
akibatnya akan mempengaruhi perilaku karyawan dalam bekerja atau mengelola
organisasi.
C. KRITIK TERHADAP TEORI MC CLELLAND
Kelemahan
teori motivasi prestasi yang dikemukakan oleh Atkinson dan David McClelland :
1.
Motivasi hanya didorong oleh kekuatan
motif dan kebutuhan dasar yang terlibat, harapan keberhasilannya, dan nilai
insentif yang terlekat pada tujuan saja.
2.
Terkadang pendekatan antara atasan dan
bawahan tidak berjalan secara efektif.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
David
C. McClelland adalah seorang ahli teori psikologis Amerika. David McClelland
memelopori motivasi kerja berpikir, mengembangkan pencapaian berbasis teori dan
model motivasi, dan perbaikan dipromosikan dalam metode penilaian karyawan,
mendukung penilaian berbasis kompetensi dan tes, dengan alasan mereka untuk
menjadi lebih baik dari IQ tradisional dan kepribadian berbasis tes. Teori
McClelland yang paling terkenal adalah tentang penjelasan 3 jenis motivasi yang
diidentifikasi dalam karyanya buku ”The Achieving Society” :
1.
Kebutuhan untuk berprestasi tinggi – Orang
yang tergolong pada high achiever harus diberikan pekerjaan yang menantang
dengan sasaran akhir yang masih dapat dicapai. Bagi mereka uang bukanlah suatu
motivator yang penting, yang lebih efektif adalah umpan balik atas apa yang
telah mereka lakukan.
2.
Kebutuhan untuk berafiliasi tinggi –
Karyawan dengan kebutuhan afiliasi yang tinggi membutuhkan lingkungan kerja
yang dipenuhi dengan nuansa kerjasama yang prima.
3.
Kebutuhan akan kekuasaan – Manajemen harus
menyediakan peluang untuk mengatur orang lain bagi mereka yag mencari
kekuasaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Walgito,
B. (2010). Pengantar
Psikologi Umum. Yogyakarta:
C.V Andi Offset.
http://izulblogs.blogspot.com/2010/04/teori-tiga-kebutuhan-david-mcclelland.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berikan komentar dengan sewajarnya..