BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bekerja merupakan salah satu kebutuhan bagi
sebagian besar manusia untuk memenuhi kebutuhan pokok baik fisik, ekonomi
maupun sosial. Seseorang bekerja karena ada tujuan yang hendak dicapainya dalam
hal pemenuhan kebutuhan dan memperoleh kepuasan. Namun, seiring berjalannya
waktu, produktivitas manusia akan semakin menurun. Ini terjadi ketika mereka
telah memasuki masa tuanya. Di masa ini sesorang akan berhenti dari
pekerjaannya atau biasa disebut dengan istilah pensiun.
Seperti yang telah dikemukakan oleh
Schwatrz, pensiun merupakan pola hidup atau masa transisi dari pola hidup yang
sudah menjadi rutinitas sebelumnya ke pola hidup yang baru. Sehingga, pensiun
selalu bekaitan dengan perubahan peran dari bekerja menjadi tidak bekerja. Hal
ini berakibat pada menurunnya pendapatan dan meningkatnya waktu luang. Sebagian
orang merasa khawatir dengan adanya pensiun ini, karena itu berarti
produktivitas mereka telah menurun dan tidak diperlukan lagi dalam lingkungan
kerjanya. Meskipun begitu, sebagian orang juga berpikiran positif dengan adanya
pensiun ini. Mereka merasa bebannya telah terangkat. Dan mereka bisa
menghabiskan banyak waktu dengan keluarga maupun orang-orang terdekatnya.
Batas usia pensiun bagi pegawai negeri
terdapat dalam Peraturan Pemerintah RI No. 32 yang berlaku yaitu pada usia 56
tahun. Akan tetapi, batas usia pensiun bagi guru adalah 60 tahun, sedangkan
dosen adalah 65 tahun. Kemudian bagi anggota ABRI batas pensiunnya pada usia 48
tahun untuk golongan Tamtama dan Bintara. Sementara untuk golongan Perwira
adalah 56 tahun. PP ini dibuat dengan tujuan memberikan kesempatan pada
generasi muda untuk menggantikan posisi para pendahulu-pendahulunya. Dan
diharapkan mampu memberikan perubahan yang lebih baik dalam lingkungan kerja.
Dalam menghadapi masa pensiun ini,
biasanya individu memberikan berbagai macam reaksi dan tergantung dari kesiapan
mereka dalam menghadapinya. Adanya ketidaksiapan menghadapi pensiun ini
biasanya dikarenakan kekhawatiran seseorang yang tidak bisa memenuhi kebutuhan
pokok diakibatkan tidak adanya sumber penghasilan. Sedangkan bagi mereka yang
siap, umumnya adalah orang yang memiliki penapatan yang layak. Sehingga, mereka
tidak terlalu khawatir akan upaya pemenuhan kebutuhan pokoknya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Apa yang dimaksud
dengan pensiun?
2.
Apa saja
masalah-masalah yang akan dihadapi individu akibat adanya pensiun?
3.
Apa saja kegiatan
positif yang bisa dilakukan para pensiunan?
4.
Bagaimana penyesuaian pribadi dan sosial usia lanjut
setelah pension?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah yang akan kami
bahas adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui
pengertian dari pensiun itu sendiri.
2.
Untuk mengetahui
apa saja masalah yang ditimbulkan akibat adanya pensiun.
3.
Untuk mengetahui
kegiatan positif yang bisa dilakukan pensiunan selama menjalani masa pensiun
mereka.
4.
Untuk mengetahui penyesuaian pribadi dan sosial usia
lanjut,
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pensiun
Masa bekerja bagi seseorang terkait dengan
umur. Di berbagai lembaga pemerintah atau swasta ada aturan yang mengatur
seorang pegawai atau karyawan harus berhenti dari pekerjaan karena telah
mencapai umur tertentu, yang disebut purnatugas atau pensiun.
Kehadiran masa pensiun sering dipandang
sebagai masalah, bahkan musibah bagi penerimanya. Hadirnya masa pensiun sering
menyebabkan seseorang stres. Yang menarik adalah, bahwa sebagian usia lanjut
sebenarnya menolak untuk pensiun dengan berbagai latar belakang. Jika
memungkinkan mereka ingin terus aktif bekerja atau menunda kehadiran masa
pensiun.
Hubungan dengan orang lain cenderung
berkurang atau menurun. Kontak sosial dengan teman sekerja, relasinya dan
dengan orang-orang lain dari luar rumah juga cenderung berkurang. Bekerja dan
tempat kerja merupakan sumber untuk melakukan kontak sosial. Oleh karenanya
pensiun menjadi bagian dari terputus atau berkurangnya kesempatan untuk
melakukan kontak sosial. Kondisi inilah yang mendorong seakan-akan orang
menghindar dari hadirnya masa pensiun. Kontak sosial dengan teman atau sahabat
yang masih terjalin, memiliki efek yang sangat positif bagi kondisi psikis usia
lanjut. Keinginan untuk tetap bekerja dilatarbelakangi oleh keinginannya untuk
tetap mandiri sehingga tidak menjadi beban orang lain meskipun itu anak cucunya
sendiri.
Vaillant (2002:221)menyebutkan adanya
empat keadaan yang menyebabkan pansiunan mengalami stress.
Pertama, jika datangnya masa pensiun di luar kemauan dan
tidak direncanakan.
Kedua, jika yang bersangkutan tidak memiliki
dukungan/sumber lain selain gaji.
Ketiga, pensiunan akan stres jika kehidupan di rumah tidak
bahagia dan bekerja memberikan makna sebagai tempat pelarian dari rumah.
Keempat, bila pensiun telah menimbulkan atau mempercepat
hadirnya kondisi kesehatan yang buruk.
Namun hal tersebut hanya terjadi pada
sebagian kecil pensiunan saja. Pensiun bukanlah masalah hidup yang besar. Tidak
ada bukti layak yang menunjukan bahwa pensiun berakibat pada buruknya kondisi
kesahatan sesorang. Sebaliknya, seseorang merasa lebih sehat karena tiadanya
stres terkait perasaan hilangnya pekerjaan. Orang ini justru merasa lega
terbebas dari pekerjaan, dan menerima dengan lapang dada hadirnya masa pensiun.
Ada beberapa batas usia pensiun yang telah
ditentukan oleh pemerintah sesuai dengan latar belakang pekerjaanya. Misalnya:
untuk pegawai negri sipil non guru batas usia pensiun adalah 56 tahun, untuk
guru 60 tahun dan untuk dosen 65 tahun, bahkan bagi dosen yang guru besar bisa
diperpanjang sampai 70 tahun bilamana diperlukan. Disamping itu ada ketentuan batas
usia pensiun bagi para PNS yang menduduki eselon tertentu.
Batas usia pensiun adalah batasan yang
dibuat oleh pemerintah untuk memberikan kesempatan pegawainya agar bisa
menikmati kehidupan di hari tuanya dengan penuh suka cita. Pensiun bukan batas
dari segala kegiatan seseorang. Orang yang telah pensiun dapat melakukan
berbagai kegiatan, baik yang berorientasi pada kegiatan sosial, keagamaan,
maupun yang bersifat ekonomis produktif dapat dilakukan dengan baik.
B.
Masalah yang Dihadapi Pada Masa Pensiun
Salah satu masalah yang biasa dihadapi
oleh para pensiunan adalah penyesuaian terhadap datangnya masa pensiun. Masa
usia lanjut merupakan masa mempertahankan kehidupan (defensive strategy) dalam
arti secara fisik berusaha menjaga kesehatan agar tidak sakit-sakitan dan
menyulitkan atau membebani orang lain. Pada saat itu memang terjadi berbagai
penurunan status yang disebabkan oleh penurunan berbagai aspek, seperti :
fisiologis, psikis, dan fungsi-fungsi sensorik-motorik yang diikuti oleh
penurunan fungsi fisik, kognitif, emosi, minat, sosial, eonomi, dan keagamaan.
Ada anggapan bahwa kebutuhan hidup
seseorang akan menurun selama masa menjalani masa tua, krena pada umumnya ia
tidak memiliki anak yang menjadi tanggungan dan rumah beserta isinya pada
umumnya sudah dimiliki. Tetapi, pada kenyataanya hampir tidak terdapat
penurunan kebutuhan keuangan selama masa tua, hal ini karena kegiatan-kegiatan
yang dilakukan juga dana untuk menjaga kesehatan yang meningkat. Keadaan fisik
yang lemah dan tak berdaya sering menjadi beban orang lain atau keluarganya.
Status ekonomi yang menurun, cukup beralasan bagi para pensiunan untuk
melakukan perubahan pola hidup dan gaya hidupnya.
Hurlock (2004;396) menyatakan bahwa
apabila pendapatan orang usia lanjut secara drastis berkurang, maka minat untuk
mencari uang tidak lagi berorientasi pada apa yang ingin mereka beli dan untuk
membayar simbol status yang biasa dilakukan pada kehidupan masa muda, tetapi
untuk sekedar menjaga mereka agar tetap mandiri. Yang mereka pikirkan yaitu bagaimana
mereka dapat tinggal, dimana dan bagaimana mereka tidak tergantung pada
saudaranya atau tidak tergantung pada bantuan oranglain.
Salah satu cara untuk memberikan
perlindungan dan keamanan keuangan bagi kelompok usia lanjut adalah dengan
pembentukan program pensiun, baik oleh pekerja mandiri, pemberi kerja, dan oleh
negara. Menurut Didi Achdijat, tt, 4-5 terdapat beberapa keuntungan untuk
pendirian program pensiun.
Pertama, dengan adanya program pensiun,
pemberi kerja dapat memberhentikan pekerja yang telah mencapai usia tidak
produktif dengan adanya jaminan keamanan keuangan tanpa adanya beban operasi
perusahaan. Sedangkan pekerja mandiri, keberadaan program pensiun memungkinkan
dirinya untuk tidak melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi untuk menjaga tingkat
keamanan keuangannya. Kedua, dari sisi pemberi kerja, program pensiun merupakan
salah satu bagian dari kesejahteraan pegawai, selain manfaat kesehatan. Selain
itu, program pensiun dapat dirasakan sebagai tanggung jawab moral pemberi kerja
untuk menjamin keamanan keuangangan mantan pegawainya yang menjalani masa tua.
Dan ketiga, program pensiun memberikan keuntungan bagi perorangan yang
menjalani masa tua atau yang menjalani masa tua karena dapat menghilangan atau
mengurangi kebutuhan untuk tabungan pribadinya. Dengan kata lain, tabungan
pribadi dapat digunakan untuk menambah kenyamanan diatas kebutuhan dasarnya.
Hal positif yang dialami saat pensiun
adalah tekanan ditempat kerja yang berbeda. Bebas dari pekerjaan yang
menimbulkan stres berasosiasi dengan penyesuaian yang positif pada saat
pensiun, menemukan kesenangan, stres pekerjaan yang kecil saja atau bahkan
tidak ada stres yang menghadangnya. Dapat disimpulkan bahwa hal-hal yang
dihadapi oleh para pensiun adalah sebagai berikut:
1.
Berkurang atau bahkan
hilangnya kesibukan bekerja.
2.
Berkurangnya
pendapatan.
3.
Berkurang atau
hilangnya fasilitas yang dulu diterima.
4.
Berkurangnya
kontak sosial dengan teman sekerja dan relasi.
5.
Banyaknya waktu
luang.
6.
Peyesuaian diri
dengan situasi baru.
C.
Kegiatan positif pada Masa Pensiun
Masa pensiun sering
ditanggapi dengan perasaan yang bernada efektif, tidak menyenangkan dan bahkan
dipandang sebagai masa menakutkan. Bahkan banyak yang tekena post power
syndrome yaitu suatu sindrom yang bersumber dari berakhirhnya suatu jabatan
atau kekuasaan, dimana penderita tidak bisa berfikir realistis, tidak bisa
menerima kenyataan. Kondisi post power
syndrome sebenarnya daat diatasi sebaik-baiknya, apabila seorang melakukan
persiapan dengan baik, mengingat masa pensiun merupakan masa yang akan
datangnya dapat diketahui jauh-jauh sebelumnya. Artinya, seseorang jauh hari
sudah dapat merancang berbgai kegiatan yang akan dilaksanakan sebagai
kompensasi dari kegiatan bekerja yang secara rutin dilakukan.
Penelitian
yang dilakukan oleh Bikson dan Goodchilds (Spacapan & Oskamp, 1989)
terhadap para pensiunan menghasilkan butir-butir sebagai berikut:
1.
Penggunaan Waktu
Para
pensiun pria lebih merasa lebih puas dalam menggunakan waktunya, terutama waktu
yang digunakan bersama pasanganya daripada karyawan yang masih bekerja. Namun,
tidak ada perbedaan pengunaaan waktu untuk teman dekat baik pensiunan maupun
yang masih bekerja.
2.
Penyesuaian
Keluarga dan Sosial
Penyesuaian
dalam keluarga banyak para pensiun berpendapat bahwa I am enjoying being with my life, we are together all the time.
Jika dalam hubungan pertemanan pensiun cenderung memiliki tambahan teman baru
daripada yang masih bekerja, karena kesibukanya dalam bekerja mereka kurang
memiliki waktu untuk lebih menjalin teman dekat.
3.
Proses Perencanaan
Pensiun
Para pensiun
memandang dirinya lebih cermat dalam merencanakan masa sesudah pensiun daripada
masih bekerja. Yang menarik adalah bahwa bahwa penduduk usia lanjut yang masih
ingin tetap aktif bekerja.
Beberapa
gejala pada usia lanjut dalam menghadapi hadirnya masa pensiun. Sebagaimana
pepatah mengatakan, bahwa di mana ada permulaan pasti ada penghabisan, ada awal
dan akhir, ada masa datang dan ada masa pergi. Ada masa seseorang memulai
pekerjaan dan ada masa-masa untuk mengakhiri pekerjaan. Dapat disimpulkan
reaksi ketika masa pensiun tiba adalah:
1.
Ada yang gembira
karena terbebas dari pekerjaan.
2.
Ada yang sedih,
ketakutan, gelisah terutama terkait dengan berkurangnya pendapatan. Hal ini
menimbulkan perasaan rendah diri, tak berguna, kesepian, mudah kena penyakit.
3.
Ada yang terkena post power syndrome, tidak bisa berpikir
realistis dan tidak bisa menerima kenyataan.
4.
Menghadapi dan
menjalani purnatugas dengan rasa syukur.
Sikap menerima bahwa pensiun itu sebagai
suatu kenyataan yang wajar adalah orang yang mampu menyadari arti kehidupan.
Orang-orang semacam ini tidak akan mengeluh, bahkan akan menerima dengan ikhlas
dan lapang dada.
Persiapan penting bagi para calon
purnakaryawan:
1.
Masalah ekonomi,
mempersiapkan lapangan kerja alternatif bagi yang memerlukan.
2.
Masalah sosial,
merancang keikutsertaan dalam berbagai kegiatan sosial.
3.
Pengisian waktu
luang, kegiatan yang terkait dengan hobi sangat baik seperti beternak,
berkebun, atau hobi yang sekaligus menghasilkan uang.
Berbagai hal yang perlu dilakukan ketika seorang
purnakarya:
1.
Penyesuaian atas
berkurangnya pendapatan meliputi pola dan gaya hidup sehingga terjadi
penghematan.
2.
Penyesuaian atas
berkurangnya kontak sosial dengan teman sekerja yang sering menimbulkan
kesepian.
3.
Penyesuaian atas
berkurangnya kesibukan.
4.
Melakukan berbagai
kegiatan untuk mengisi waktu luang.
D.
Usia
Lanjut: Penyesuaian
Pribadi dan Sosial
Usia
tua adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu masa
dimana seseorang telah “beranjak jauh” dari periode terdahulu yang lebih
menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat. Usia 60-an
biasanya dipandang sebagai garis pemisah antara usia madya dan uisa lanjut.
Merupakan
Periode Kemunduran
Perubahan-perubahan
ini sesuai dengan kodrat manusia yang pada umumnya dikenal dengan istilahnya
“menua”. Perubahan-perubahan tersebut
mempengaruhi struktur baik fisik maupun mental dan keberfungsianya juga.
Periode
selama usia lanjut, ketika kemunduran fisik dan mental terjadi secara perlahan
dan bertahap dan pada waktu kompensasi terhadap penurunan ini dapat dilakukan,
dikenal sebagai “senescence” yaitu masa
proses menjadi tua.
Istilah
“keuzuran” (senility) digunakan untuk mengacu pada periode waktu selama usia
lanjut apabila kemunduran fisik telah terjadi dan apabila telah terjadi
disorganisasi mental. Sesorang yang menjadi eksentrik, kurang perhatian, dan
terasing secara sosial, maka penyesuaian dirinya pun buruk biasanya disebut
“uzur”. Sikap tidak senang terhadap diri sendiri, orang lain, pekerjaan, dan kehidupan
pada umunya dapat menuju ke adaan uzur, karena terjadi perubahan pada lapisan
otak. Akibatnya, orang menurun secara fisik dan mental dan mungkin akan segera
mati.
Sesorang
yang mempunyai motivasi rendah untuk mempelajari hal-hal baru, atau ketinggalan
dalam penampilan, sikap atau pola perilaku, akan semakin memburuk lebih cepat
daripada orang yang mempunyai motivasi lebih kuat. Masa luang yang baru akibat
tumbuhnya mas pension sering membawa kebosanan yang semakin memperkecil dan
melemahkan motivasi seseorang.
Jenis
kegiatan sosial yang dihentikan
Berhentinya
seseorang dari kegiatan sosial dapat terjadi secara sukarela atau terpaksa.
Masalah yang sama seriusnya ialah sikap sosial terhadap orang usia lanjut yang
tidak menyenangkan mendorong mereka mengundurkan diri dari kegiatan sosial.
1. Sumber
kontak sosial
Ada
sumber dalam masyarakat yang berbeda, yang dapat dimanfaatkan oleh orang usia
lanjut untuk melakukan kontak sosial di masa tuanya, yang secara garis besar
dibedakan menjadi tiga macam sumber yabg sangat dipengaruhi oleh usia lanjut.
2. Sumber
kontak sosial yang dipengaruhi usia
Persahabatan
pribadi yang akrab dengan para anggota dari kelompok jenis kelamin yang sama
(pria dengan pria atau wanita dengan wanita) yang dibina sejak masa dewasa atau
awal tahun pernikahanya, sering terhenti apabila salah satunya mati, atau
pindah tempat tinggal sehingga menjadi jauh. Dalam hal seperti ini, tampaknya
orang usia lanjut tidak mampu lagi untuk menetapkan jenis persahabatan lain semacam ini.
3. Kelompok
persahabatan
Kelompok
semacam ini terbentuk dari pasangan-pasangan yang bersatu, yang dibentuk pada
waktu mereka masih muda karena mereka mempunyai minat dan kesenangan yang
serupa secara timbal balik. Minat dan kesenangan ini antara lain dapat berasal dari perkumpulan usaha para suami
atau karena para istri dengan keluarga yang mempunyai keinginan timbal balik
yang sama, atau dalam bentuk organisasi masyarakat. Pada saat para pria mulai
pension serta kegiatan para wanita dalam rumah tangga, dan masyarakat mulai
berkurang , anggota kelompok persahabatan mulai berkurang, dan secara bertahap
mulai menghilang.
4. Kelompok
atau perkumpulan formal
Apabila
peranan kepemimpinan dalam kelompok atau perkumpulan formal diambil alih oleh
anggota yang lebih muda dan apabila perencanaan kegiatan terutama berorientasi
pada minat mereka yang lebih muda ini, orang usia lanjut merasa tidak
diperlukan lagi dalam organisasi semacam ini dan menghentikan keanggotaan
mereka dalam perkumpulan ini.
5. Partisipasi
sosial
Dengan
semakin bertambahnya usia seseorang, maka partisipasi sosialnya semakin
berkurang dan cakupanya menyempit. Pada saat setiap tingkat usia, status
sosial-ekonomi sangat memgang peranan penting dalam menentukan tingkat
partisipasi dalam organisasi sosial dan kemasyarakatan. Pada umumnya, anggota
dari kelompok sosial lebih tinggi mendominasi kehidupan organisasi masyarakat
dan menunjang organisasi tersebut dalam bentuk partisipasi kepemimpinan. Oleh
karena banyak organisasi masyarakat yang berorientasi pada pekerjaan, terbukti
dengan banyaknya organisasi usaha dan perserikatan denga yang dibentuk, maka
orang berusia lanjut yang pension tidak lagi menjadi anggota organisasi semacam
ini.
Perubahan
dalam status individual yang disebabkan oleh salah satu faktor, yaitu hilangnya
pasangan hidup atau karena pension, tampaknya mempengaruhi tingkat dan
aktivitas sosial dan persahabatan yang biasa dilakukan.
Penyesuaian
pekerjaan dan keluarga
Pria
lanjut usia biasanya lebih tertarik pada jenis pekerjaan yang bersifat
menantang, yang mereka sadari tak mungkin ada. Akibatnya, mereka lebih puas
dengan pekerjaanya daripada orang yang lebih muda. Bahkan mengetahui bahwa
sebentar lagi mereka akan pension, tidak mempengaruhi sikap mereka memang
menikmati apa yang mereka kerjakan.
Penyesuain diri terhadapa masa
pensiun
Schwartz
berkata bahwa pension dapat merupakan akhir pola hidup baru. Pension selalu
menyangkut perubahan peran, perubahan keinginan dan nilai, dan perubahan secara
keseluruhan terhadap pola hidup setiap individu.
Kondisi yang mempengaruhi penyesuaian
diri terhadap pension
Kondisi-kondisi
tertentu dapat membantu penyesuaian diri terhadap masa pension, adapun kondisi
lain dapat memhambat penyesuaian. Sikap para pekerja terhadap pension pasti
mempunyai pengaruh besar terhadap terhadap penyesuaian. Sikap ini bervariasi
dari sikap yang senang karena mereka merasa bebas dari tugas dan tanggung jawab
sampai sikap gelisah karena memikirkan sesuatu yang harus dilepaskan, pdahal
sesuatu ini bagi dia sangat berarti, yaitu pekerjaan. Secara umum dapat
dikatakan bahwa apabila kondisi ini memungkinkan orang usia lanjut untuk tetap
tinggal dalam masyarakat dan jika mereka mempunyai cikup uang untuk hidup
seperti sebelum masa pension, mereka akan dapat melakukan penyesuaian diri
lebih baik daripada jika mereka membuat perubahan yang drastis pada pola hidup
mereka.
Bab III
Penutup
A. Kesimpulan
Batas usia pensiun adalah batasan yang
dibuat oleh pemerintah untuk memberikan kesempatan pegawainya agar bisa
menikmati kehidupan di hari tuanya dengan penuh suka cita. Pensiun bukan batas
dari segala kegiatan seseorang. Orang yang telah pensiun dapat melakukan
berbagai kegiatan, baik yang berorientasi pada kegiatan sosial, keagamaan,
maupun yang bersifat ekonomis produktif dapat dilakukan dengan baik. Salah satu masalah yang biasa dihadapi oleh para
pensiunan adalah penyesuaian terhadap datangnya masa pensiun. Secara
umum dapat dikatakan bahwa apabila kondisi ini memungkinkan orang usia lanjut
untuk tetap tinggal dalam masyarakat dan jika mereka mempunyai cikup uang untuk
hidup seperti sebelum masa pension, mereka akan dapat melakukan penyesuaian
diri lebih baik daripada jika mereka membuat perubahan yang drastis pada pola
hidup mereka.