Senin, 09 Januari 2017

MEDIA DAKWAH NABI IBRAHIM A.S.


Perjalanan Dakwah Nabi Ibrahim
Dakwah nabi Ibrahim bermula dari Negara Babilonia, yang penduduknya hanya menyembah berhala. Hal inilah yang sangat dipertentangkan oleh Nabi Ibrahim. Meskipun ayahnya sendiri yang membuat berhala-berhala itu untuk disembah.
Dalam Al-Qur’an dikisahkan tentang bagaimana Nabi Ibrahim menentang, menghina merendahkan dan meremehkan berhala-berhala yang mereka sembah. Ia berkata,
إِذْ قَالَ لأَبِيهِ وَقَوْمِهِ مَاهَذِهِ التَّمَاثِيلُ الَّتِي أَنتُمْ لَهَا عَاكِفُونَ{52} قَالُوا وَجَدْنَآ ءَابَآءَنَا لَهَا عَابِدِينَ {53} قَالَ لَقَدْ كُنتُمْ أَنتُمْ وَءَابَآؤُكُمْ فِي ضَلاَلٍ مُّبِينٍ {54}
“Patung-patung apakah ini yang kamu tekun menyembahnya?” Mereka menjawab, “kami mendapati nenek moyang kami menyembahnya.” Ibrahim berkata,”Sesungguhnya kamu dan nenek moyang kamu berada dalam kesesatan yang nyata.”  (Al-Anbiyaa’:52-54).
Tafsir Al-Muyassar:

 
Ketika ia (Ibrahim) berkata kepada ayah dan kaumnya, “Berhala-berhala apa yang kalian buat ini, kemudian kalian tetap tekun menyembahnya?” Mereka menjawab, “Kami mendapati  bapak-bapak kami menyembahnya, dan kami menyembahnya karena mengikuti mereka.” Ibrahim berkata kepada mereka, “Sesungguhnya kalian dan bapak-bapak kalian, dalam penyembahan terhadap berhala-berhala ini, benar-benar dalam kejauhan yang nyata dari kebenaran.”
Kala itu Nabi Ibrahim penasaran dan mencoba bertanya kepada para penduduk tentang apa yang sebenarnya sedang mereka sembah. Dan dijawablah bahwa penduduk-penduduk itu melihat pendahulu-pendahulu mereka menyembah patung-patung itu. Meskipun mereka juga tahu bahwa patung-patung tersebut tidak dapat mendengar, memberi manfaat maupun menjatuhi hukuman kepada mereka. Kemudian Nabi menerangkan bahwa mereka beserta pendahulu-pendahulunya berada dalam kesesatan karena telah menyembah selain Allah SWT.
Walaupun kala itu Nabi Ibrahim telah memberi penjelasan dengan baik. Namun mereka tetap bertahan pada kekufurannya dalam menyembah berhala. Lalu mereka menyalahkan Nabi Ibrahim dengan alasan telah merendahkan dan menghina Tuhan mereka.
Setelah kejadian tersebut Nabi Ibrahim membangun siasat untuk mengelabui kaumnya. Ketika semua orang pergi ke alun-alun kota untuk melakukan perayaan hari besar tahunan, beliau tidak ikut dengan alasan sakit. Saat semua orang sudah pergi, Nabi menyelinap ke tempat berhala secara diam-diam. Tempat itu sangat besar, di sana juga terdapat makanan untuk sesajen yang diletakkan di dekat berhala.
Berhala-berhala di tempat itu sangat banyak, ada yang besar maupun kecil. Kemudian diambilnya kapak oleh Nabi Ibrahim. Dan dihancurleburkannya semua berhala-berhala tersebut kecuali yang terbesar. Ditaruhnya kapak yang ia gunakan tadi ke tangan berhala yang paling besar.
Ketika orang-orang kembali dari perayaan hari rayanya, mereka terkejut melihat sesembahan mereka hancur lebur dan hanya tersisa satu buah. Lalu ada di antara mereka yang mengatakan bahwa kemungkinan Ibrahim lah yang telah menghancurkan berhala-berhala tersebut. Karena hanya ia yang berani mencela dan menghina Tuhan mereka. Setelah itu, para pemuka kaum melakukan pertemuan guna membahas pengeksekusian Nabi Ibrahim.
Hal ini sesuai dengan apa yang telah direncanakan oleh Nabi Ibrahim. Tujuan utama ia menghancurkan berhala-berhala tersebut adalah untuk mengumpulkan semua masyarakat. Agar ia dapat menyampaikan kepada seluruh penyembah berhala-berhala tersebut bahwa tindakan yang mereka lakukan itu salah. Kemudian Nabi Ibrahim mengemukakan bahwa patung yang terbesar lah yang menyuruhnya melakukan itu semua.
Dengan mengatakan seperti itu Nabi Ibrahim bermaksud agar mereka segera menjawab bahwa patung-patung itu tidak dapat berbicara. Hingga mereka mengakui bahwa patung-patung itu hanya benda mati yang tidak bisa berbuat apa-apa sama seperti benda mati yang lainnya. Kemudian ia menjelaskan bahwa sesungguhnya yang patut kita sembah yakni Allah. Yang telah menciptakan manusia, sedangkan berhala adalah benda yang di buat oleh manusia. Lalu kenapa mereka menyembah apa yang telah mereka ciptakan sendiri.
Setelah mereka tidak mampu mengalahkan argumentasi Nabi Ibrahim, bukannya memercayai perkataan Nabi justru mereka berusaha mengambil jalan lain untuk mengalahkannya. Atas dasar kekuasaan dan kekuatan yang mereka miliki di wilayah tersebut. Para pemuka sepakat untuk membakar Nabi Ibrahim hidup-hidup. Seperti yang tercantum dalam ayat di bawah ini,
قَالُوا حَرِّقُوهُ وَانصُرُوا ءَالِهَتِكُمْ إِن كُنتُمْ فَاعِلِينَ {68} قُلْنَا يَانَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلاَمًا عَلَى إِبْرَاهِيمَ {69} وَأَرَادُوا بِهِ كَيْدًا فَجَعَلْنَاهُمُ اْلأَخْسَرِينَ {70}
Mereka berkata, “Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak berbuat.” Kami (Allah) berfirman,”Wahai api! Jadilah kamu dingin, dan penyelamat bagi Ibrahim!” Dan mereka hendak berbuat jahat terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling rugi.” (Al-Anbiyaa’: 68-70)
Tafsir Al-Muyassar:
Tatkala bantahan mereka mentah dan kebenaran menjadi jelas maka beralih menggunakan kekuasaan mereka seraya mengatakan, “Bakarlah Ibrahim dengan api: sebagai bentuk kemarahan untuk sembahan-sembahan kalian, jika kalian menolongnya. Nyalakanlah api yang besar dan lemparkanlah ia ke dalam kobarannya.” Maka Allah menolong Ibrahim dan berkata kepada api, “Jadilah dingin dan keselamatan bagi Ibrahim.” Karena itu, Ibrahim tidak mendapat suatu hal yang menyakitkan dan tidak pula terkena suatu yang di benci di dalamnya. Kaum itu bermaksud membinasakan Ibrahim, tapi Allah membatalkan tipu daya mereka, dan menjadikan mereka sebagai orang-orang yang kalah lagi hina.
Orang-orang kafir itu mengumpulkan kayu di setiap tempat yang bisa mereka jangkau. Setelah itu tangan Nabi Ibrahim diikat dengan rantai besi dan dililitkan ke seluruh tubuhnya. Lalu dibawalah ia ke atas bangunan yang paling tinggi. Dalam keadaan terbelenggu dilemparkanlah Nabi ke atas tumpukan api yang menyala-nyala.
Penduduk yang menyaksikan upacara pembakaran tercengang, tatkala melihat Nabi Ibrahim tak sedikit pun tersentuh oleh api. Hingga api itu padam dan menjadi abu. Bahkan pakaian yang ia kenakan masih utuh sepenuhnya.
Mukjizat yang diberikan oleh Allah SWT kepada Nabi Ibrahim merupakan bukti nyata akan kebenaran dakwah yang disampaikannya. Hal ini tentu menyebabkan mulai goyahnya kepercayaan sebagian masyarakat atas berhala yang telah mereka sembah terdahulu. Ada banyak penduduk yang mulai mengikuti dakwah Nabi. walaupun tidak sedikit juga yang merasa khawatir akan kemurkaan dari para pemukanya, karena pengikutnya mulai beralih kepada Nabi Ibrahim.

Perdebatan Nabi Ibrahim dengan Raja Namrud
Allah berfirman:
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِي حَاجَّ إِبْرَاهِيمَ فِي رَبِّهِ أَنْ ءَاتَاهُ اللهُ الْمُلْكَ إِذْقَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّيَ الَّذِي يُحْيِ وَيُمِيتُ قَالَ أَنَا أُحْيِ وَأُمِيتُ قَالَ إِبْرَاهِيمُ فَإِنَّ اللهَ يَأْتِي بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِي كَفَرَ وَاللهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ {258}
“Tidakkah kamu memperhatikan orang Yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang Halim.” (Al-Baqarah:258)
Tafsir Al-Muyassar:
Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang buta akan bukti-bukti kebenaran dan mendebat Ibrahim, khalil Allah (kesayangan Allah), dalam hal ketuhanan dan keesaan Allah. Perhatikanlah bagaimana kesombongan terhadap kekuasaan yang telah Tuhan berikan mengeluarkan mereka dari cahaya fitrah (keimanan) kepada kekafiran. Ketika Ibrahim berkata, "Sesungguhnya Allah menghidupkan dan mematikan dengan cara meniupkan ruh ke dalam tubuh dan mencabutnya," orang kafir itu berkata, "Saya dapat memberikan kehidupan dan kematian dengan cara mengampuni dan membunuh." Lalu, untuk menyudahi perdebatannya, Ibrahim berkata, "Allah menerbitkan matahari dari timur. Terbitkanlah dari barat jika kamu benar-benar Tuhan." Orang kafir itu pun menjadi bingung dan terputuslah perdebatan karena kuatnya bukti yang menyingkap kelemahan dan keangkuhannya. Allah tidak akan memberikan petunjuk kepada orang-orang yang terus ingkar.
Jadi, ayat ini menceritakan tentang perdebatan Nabi Ibrahim dengan Raja Babilonia yang sedang berkuasa kala itu Raja Namrud. Ia mengaku-aku bahwa dirinya Tuhan. Maka Nabi Ibrahim mengeluarkan bukti-bukti yang menyatakan kekeliruannya yang sangat fatal. Kemudian Nabi mempertegas bahwa Raja itu sangat bodoh serta kurang akalnya dengan argumentasi yang sangat baik.
Dengan argumentasi itu maka terlihatlah dengan jelas kesesatan Raja Namrud. Kebodohannya, kebohongan yang telah di dakwahkannya dan kebatilan jalan yang ditempuhnya. Dengan pengakuan di hadapan masyarakatnya ini, ia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ia terdiam seribu bahasa karena telah  dikalahkan dengan telak.

Kontekstual Dakwah Nabi Ibrahim di Masa Kini
Nabi Ibrahim merupakan Nabi yang paling cakap dalam berbicara. Ia pintar dalam berargumentasi serta pandai berdebat. Dengan kemampuan ini lah Nabi Ibrahim mengajak umatnya berdakwah. Karena penduduk Babilonia kala itu sangat lah bodoh dan kufur. Menyembah patung yang telah mereka buat sendiri. Dan mereka juga mengetahui bahwa patung-patung tersebut tidak dapat berbicara, memberi manfaat kepada mereka maupun menjatuhi hukuman.
Para Da’i saat ini diharapkan mampu menerapkan keberanian Nabi Ibrahim dalam berdakwah. Dalam upaya menegakkan suatu kebatilan di saat ini. Terutama yang berkaitan dengan Aqidah.
Senantiasa bersiap sedia menghadapi hujah-hujah dari para mad’u dengan menambah ilmu keagamaan yang banyak serta berwawasan luas. Mad’u mungkin akan mempertanyakan tentang kebenaran ajaran dakwah yang disampaikan oleh Da’i. Dengan pengetahuan yang luas Da’i bisa menjawab pertanyaan dari Mad’u dengan baik dan benar. Seperti yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dalam berdakwah.
Berani untuk mengemukakan masalah-masalah yang berkaitan dengan tauhid, syirik dan kekafiran secara terang-terangan tanpa rasa takut. Menggunakan pelbagai media yang ada pada masa kini. Seperti melalui televisi, radio, internet, surat kabar dan sebagainya dalam usaha untuk menentang kebatilan.

Berani berhadapan langsung dengan pemerintah untuk membincangkan soal yang hak dan batil dalam masyarakat. Pemerintahan tidak hanya sebagai sentral politik juga sebagai patokan umum masyarakat dalam menjalankan agama.
Keyakinan yang tinggi terhadap perlindungan dan bantuan Allah SWT kepada hamba-Nya yang menegakkan agama-Nya. Percaya bahwa Allah senantiasa berada di sisi orang-orang yang menyampaikan kebenaran kepada umat-Nya. Sehingga tidak akan timbul rasa cemas maupun takut saat menyampaikan dakwah di muka umum dalam menyampaikan kebenaran.


DAFTAR PUSTAKA

Katsir, Imam Ibnu. 2011. Kisah Para Nabi. Jakarta: PUSTAKA AL-KAUTSAR.
Basyir, Hikmat. 2011. Tafsir Al-Muyassar. Solo: An-Naba’

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan komentar dengan sewajarnya..

Pekerjaan Sosial

Pengertian Pekerjaan sosial merupakan sebuah profesi yang dilakukan dengan memberikan bantuan pelayanan terhadap individu, kelom...